Ayat Ilmiah Astronomi
Al-Quran telah berbicara mengenai ilmu astronomi dan telah terbukti dalam kajian modern.
Allah SWT menganjurkan manusia untuk meneliti kekuasaannya di langit melalui ayat sebagai berikut:
أَفَلَمۡ يَنظُرُوٓاْ إِلَى ٱلسَّمَآءِ فَوۡقَهُمۡ كَيۡفَ بَنَيۡنَٰهَا وَزَيَّنَّٰهَا وَمَا لَهَا مِن فُرُوجٖ
Artinya: “Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun.” (Qaf 50:6)
Kajian ilmiah membuktikan kebenaran Al-Quran, sebagai berikut:
1. Peristiwa Terbentuknya Alam Semesta
Al-Quran
أَوَ لَمۡ يَرَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ أَنَّ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ كَانَتَا رَتۡقٗا فَفَتَقۡنَٰهُمَاۖ وَجَعَلۡنَا مِنَ ٱلۡمَآءِ كُلَّ شَيۡءٍ حَيٍّۚ أَفَلَا يُؤۡمِنُونَ ٣٠
Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman.” (Al-Anbiya 21:30)
FAKTA ILMIAH :
Telah terjadi berpisahnya langit dan bumi sehingga membentuk keseluruhan alam raya ini, dimana sebelumnya merupakan suatu yang padu. Dalam kajian kosmologi kejadian ini disebut “Big Bang” atau ledakan raksasa. Teori Big Bang merupakan penjelasan yang komprehenshif dan akurat mengenai peristiwa terbentuknya alam raya, yang didukung dengan metode ilmiah beserta pengamatan.
Bermula pada tahun 1912, ketika Vesto Sliper mengukur efek doppler pada galaksi spiral. Ia menemukan bahwa galaksi-galaksi itu menjauhi bumi. Selanjutnya pada tahun 1922, dikembangkan oleh Alexander Fridman melalui persamaan relativitas umum Albert Einstein, dan pada tahun 1929 Edwin Huble menyempurnakannya melalui perkiraan jarak antar galaksi, menggunakan teleskop Hooker 100-inch (2.500 mm) di Observatorium Mount Wilson.
Adalah Georges Lemaitre, orang pertama yang secara resmi mengajukan teori ini dengan sebutan “Big Bang” atau ledakan besar pada tahun 1927. Ia mengatakan bahwa alam semesta bermula dari suatu atom purba tunggal bersifat panas dan padat yang kemudian meledak sehingga alam semesta terbentuk dan mengembang keluar.
Gambar 1
2. Perluasan Alam Semesta
Al-Quran
وَٱلسَّمَآءَ بَنَيۡنَٰهَا بِأَيۡيْدٖ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ ٤٧
Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” (Ad-Dzariyat 51:47)
FAKTA ILMIAH
Fakta Ilmiah
Menurut Alexander Friedman, fisikawan rusia, dan George Lemaitre, ahli kosmoligi Belgia, bahwa alam semesta senantiasa bergerak dan mengembang. Kesimpulan ini diambil setelah keduanya melakukan pengamatan dan perhitungan teoritis terhadap benda-benda langit. Fakta ini juga dibuktikan dengan kesimpulan dari ahli astronomi Amerika, Edwin Huble, setelah mengamati benda langit dengan teleskop pada tahun 1929. Mereka meyakini bahwa benda-benda langit terus bergerak dan saling menjauhi satu sama lain, seperti bintang-bintang dan galaksi yangg terus menjauh satu sama lain.
Keterangan di atas adalah bukti alam semesta “mengembang” atau dalam bahasa al-Quran “meluas”, bukan tetap, seperti keyakinan ilmuan sebelumnya. Fakta ini ditemukan di awal abad ke-20 setelah menggunakan teknologi modern namun al-Quran telah menjelaskan fakta tersebut pada beberapa ayatnya jauh sebelumnya yaitu pada abad ke-6. Keterangan ini juga berkaitan dengan teori Big Bang seperti dijelaskan sebelumnya.
Gambar 2
3. Jaringan Alam Semesta (Web Cosmic)
Al-Quran
وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلۡحُبُكِ ٧
Artinya : “Demi langit yang mempunyai jalan-jalan.”(Adh-Dhariyat 51:7)
Fakta Ilmiah
Jaringan Alam Semesta (Web Cosmic) adalah sebuah sistem yang terikat oleh gaya gravitasi yang terdiri atas bintang (dengan segala bentuk manifestasinya, antara lain bintang neutron dan lubang hitam), gas dan debu kosmik medium antar bintang, dan kemungkinan substansi hipotesis yang dikenal dengan materi gelap.
Para Ilmuwan setelah melakukan perhitungan algoritmik dan menggunakan teleskop untuk membuat bagan mikrokosmos dari alam semesta menemukan bentuk alam semesta seperti sebuah jaring laba-laba. Mereka berusaha mengamati dan memecahkan rahasia alam semesta dengan menggunakan teleskop yang beragam, seperti Hubble Space Telescope (HST), Chandra Observatory, dan Radio Teleskop. Diketahui, bahwa jaringan ini terdiri dari milyaran galaksi yang berjajar pada garis-garis yang sangat kokoh, dan para ilmuan mengatakan bahwa jaring ini merupakan temuan paling penting dalam era global ini. Namun jauh sebelum ilmuan menemukan fakta ilmiah ini, Al-Quran telah mengisyaratkan tentang Jaringan Alam Semesta (Web Cosmic).
Gambar 3
4. Orbit (Garis Edar)
Al-Quran
وَهُوَ ٱلَّذِي خَلَقَ ٱلَّيۡلَ وَٱلنَّهَارَ وَٱلشَّمۡسَ وَٱلۡقَمَرَۖ كُلّٞ فِي فَلَكٖ يَسۡبَحُونَ ٣٣
Artinya: “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (Al-Anbiya 21:33)
Fakta Ilmiah
Matahari dan bulan, memiliki garis edarnya masing-masing, demikian yang diungkapkan dalam Al-Quran. Fakta ini diajukan sebelum ilmu pengetahuan modern memiliki metode dan teknologi yang mendukungnya. Meskipun di dalam kajian astronomi terdapat kubu Geosentrisme[1] dan Heliosentrisme[2], namun keduanya sepakat bahwa matahari dan bulan memiliki garis edar atau orbit dalam gerakannya masing-masing.
Hukum kepler menyatakan bahwa garis edar semua planet berbentuk elips dan matahari berada dalam satu titik fokusnya, sebagaimana dalam gambar.
Secara matematis, ahli astronomi menghitung kecepatan matahari yaitu 720.000 kilometer/jam bergerak ke arah bintang Vega dalam orbit Solar Apex. Bersama matahari, semua planet dan satelit yang berada dalam gravitasi matahari juga menempuh jarak yang sama. Sehingga semua bintang di alam semesta diyakini berada dalam gerakan yang terukur dan terencana karena memiliki orbit masing-masing.
Para ilmuwan berpendapat, bahwa alam semesta ini tersusun dari galaksi-galaksi yang jumlahnya sekitar satu juta milyar, dan galaksi tempat kita berada disebut Milk Way yang berjumlah sekitar 200 milyar bintang, dan matahari adalah salah satu bintang tersebut. Maka, jika matahari dan benda angkasa lain sepertihalnya bulan tidak bergerak secara terukur dalam orbitnya masing-masing, niscaya alam semesta ini tidak seimbang, terjadi perbenturan maha dahsyat, mengancam warga bumi. Namun orbit yang menjadi jalur segala bintang ini telah berjuta-juta tahun tetap selaras dan sempurna, mengawal perjalanan kehidupan makhluk.
Begitu hebatnya keagungan ciptaan Allah Swt. maka sewajarnya fakta ini diabadikan dalam Al-Qur’an, meskipun pada saat itu manusia belum memiliki teknologi untuk membuktikannya. Namun pada abad modern ini observasi angkasa luar terus dikembangkan dengan teknologi yang beragam, dan membuktikan akan kebenaran Al-Qur’an
Gambar 4
[1] yaitu kelompok ilmuan yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat alam semesta dan benda langit mengelilingi bumi, mereka antara lain: Plato, Socrates Pythagoras, dan Aristoteles.
[2] yaitu kelompok ilmuan yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat alam semesta dan benda langit bergerak mengelilingi matahari, mereka antara lain: Nucolaus Copernicus, Isaac Newton, Galileo, dan Johanes Kepler.
5. Rasi Bintang
Al-Qur’an
وَٱلسَّمَآءِ ذَاتِ ٱلۡبُرُوجِ ١
Artinya: “Demi langit yang mempunyai gugusan bintang.” (Al-Buruj 85:1)
Fakta Ilmiah
Rasi Bintang adalah sekelompok bintang yang tampak berhubungan membentuk suatu konfigurasi khusus. Dalam ruang tiga demensi, kebanyakan bintang yang kita amati tidak memiliki hubungan satu dengan yang lainnya, tetapi dapat terlihat seperti berkelompok dalam bola langit.
Pada tahun 150 M. Ptolemeus Filose me-launching buku “Almagest” yang menghimpun dan mengidentifikasi sekitar 48 bintang dari bintang-bintang langit. Kemudian antara abad ke-8 sampai 16 M. para ilmuan Islam memperbaharui, merevisi, dan memasukan tambahan yang subtansial dalam ilmu astonomi. Berkat pembaruan ini sehingga pada tahun 1603, Alexander Mair dapat membuat peta konstelasi bintang dan menambahkan 12 nama bintang baru, kemudian tahun 1664, Jacob Bartasch menambahkan tiga nama baru, dan beberapa waktu kemudian, Nicolas Louis menambahkan 14 bintang. Lantas pada tahun 1690, Jehannes Velius, menambahkan 9 bintang selatan sehingga total 88 bintang yang kita kenal sekarang, seperti data yang disampaikan oleh Himpunan Astronomi International pada tahun 1928.
Al-Quran telah menjelaskan secara mendasar akan fungsi dan manfaat bintang-bintang di langit bagi kepentingan umat manusia di bumi, seperti sebagai alamat yang menjadi petunjuk pada kegelapan darat dan lautan, penghias bagi langit, dan lain-lain. Sebagaimana keterangan yang terdapat dalam ayat berikut:
وَهُوَ ٱلَّذِي جَعَلَ لَكُمُ ٱلنُّجُومَ لِتَهۡتَدُواْ بِهَا فِي ظُلُمَٰتِ ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِۗ قَدۡ فَصَّلۡنَا ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَعۡلَمُونَ ٩٧
Artinya: “Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.” (Al-An’am 6:97)
وَلَقَدۡ جَعَلۡنَا فِي ٱلسَّمَآءِ بُرُوجٗا وَزَيَّنَّٰهَا لِلنَّٰظِرِينَ ١٦
Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya).” (Al-Hijr 15:16)
Gambar 5
Setidaknya ada empat rasi bintang utama yang perlu kita ketahui, yaitu :
- Rasi Bintang Biduk atau Ursa Mayor, bentuknya seperti sendok, dan dua bintang di ujung menunjuk kea rah utara.
- Rasi Bintang Belantik atau Orion, berbentuk menyerupai seorang pemburu, dan bintang di kepala menunjukan arah ke barat.
- Rasi Bintang Skorpion, menggambarkan seekor kalajengking, menunjuk ke arah tenggara atau timur.
- Rasi Bintang Pari atau Cyrux, berbentuk palang, dan bintang di ujung palang senantiasa menunjukan arah ke selatan
Demikian salah satu ayat ilmiah mengenai astronomi, yaitu peristiwa terbentuknya alam dan perluasan alam semesta (big bang), jaringan alam semesta (web cosmic), garis edar (orbit), dan rasi bintang.